Warren Buffett tidak percaya bitcoin, tetapi Dunia Sudah berpindah ke crypto. Siapa yang tidak kenal dengan Warren Buffett sang legendaris terkenal dari omaha.
Warren Buffett, sang maestro investasi dari Omaha, dikenal sebagai salah satu investor paling sukses sepanjang sejarah. Namun, meskipun dunia keuangan telah banyak berubah dalam beberapa dekade terakhir — terutama dengan munculnya cryptocurrency seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana , Buffett tetap bergeming. Ia tidak hanya skeptis, tapi secara terang-terangan menyebut Bitcoin sebagai “racun tikus kuadrat” (rat poison squared).
Lantas, apa yang sebenarnya menjadi dasar dari sikap keras Buffett terhadap crypto? Apakah ia hanya ketinggalan zaman, atau ada pelajaran penting di balik penolakannya?

Warren Buffett , legenda investasi dan tokoh yang dihormati di Wall Street , secara konsisten menolak kehadiran Bitcoin dan aset kripto lainnya. Dalam banyak pernyataannya, Buffett menyebut Bitcoin sebagai "racun tikus kuadrat" dan menegaskan bahwa crypto bukanlah investasi, melainkan spekulasi. Namun dunia berubah. Generasi baru, teknologi Web3, dan revolusi keuangan digital telah mengubah arah arus. Apakah Buffett benar-benar salah? Ataukah kita hanya belum melihat konsekuensi jangka panjang dari aset kripto?
Warren Buffett dan Filosofi Investasi Nilai.
Untuk memahami kenapa Buffett begitu vokal menolak crypto, kita harus memahami terlebih dahulu filsafat investasi yang dipegangnya sejak muda: value investing.
Bersama mentornya, Benjamin Graham, Buffett belajar bahwa investasi yang baik harus memiliki:
1. Nilai intrinsik yang dapat dihitung.
2. Arus kas yang jelas dan stabil.
3. Manajemen yang kompeten dan jujur.
4. Margin of safety artinya, harga beli harus di bawah nilai intrinsik.
Dalam kerangka ini, crypto tidak memenuhi satu pun dari syarat tersebut. Tidak ada arus kas, tidak ada laporan keuangan, tidak ada perusahaan yang bisa dianalisis, dan menurut Warren Buffett tidak ada nilai nyata.
“Bitcoin Tidak Menghasilkan Apa-Apa”
Salah satu kutipan terkenal Buffett terkait crypto adalah:
“Bitcoin is probably rat poison squared. It doesn’t produce anything. You just hope someone else pays more for it.”
Ini bukan sekadar kebencian, melainkan cerminan dari prinsip dasar investasi Buffett. Ia hanya mau membeli aset yang menghasilkan pendapatan. Properti menghasilkan sewa. Saham menghasilkan dividen. Pabrik menghasilkan produk. Tapi Bitcoin?
Menurut Buffett, Bitcoin hanyalah spekulasi, bukan investasi.
Miliarder Lain: Justru Dukung Crypto?Menariknya, banyak tokoh keuangan dunia yang justru mengambil posisi sebaliknya dari Buffett. Sebut saja:
Elon Musk – Mempromosikan Dogecoin, memegang Bitcoin di neraca Tesla.
Cathie Wood – Optimis Bitcoin bisa tembus $1 juta.
Michael Saylor – Menyebut Bitcoin sebagai “asuransi terhadap inflasi”.
Mark Cuban – Terlibat aktif dalam proyek crypto dan NFT.
Mereka semua melihat crypto sebagai inovasi masa depan, bukan sekadar alat spekulasi.
Jadi, siapa yang benar? Buffett si konservatif? Atau para visioner teknologi?
Apakah Buffett Salah?
Bagi investor muda atau komunitas Web3, Warren Buffett sering dianggap terlalu konservatif dan tidak paham teknologi. Namun, kita tidak bisa serta-merta menyimpulkan bahwa ia salah.
Buffett adalah investor yang membangun kekayaannya lewat kesabaran, disiplin, dan pendekatan fundamental. Ia tidak tertarik pada “hype”, melainkan pada bisnis nyata. Jadi ketika ia melihat crypto, ia melihat sesuatu yang tidak bisa dianalisis dengan cara tradisional.
Bukan berarti crypto tidak punya potensi — hanya saja, Buffett bermain di lapangan yang berbeda.
Ironi: Buffett Diuntungkan dari Crypto?
Meski ia membenci crypto, banyak orang menilai bahwa Buffett secara tidak langsung diuntungkan dari perkembangan industri ini. Beberapa contohnya:
Apple (saham terbesar di portofolio Buffett) memiliki fitur crypto wallet di iPhone.
Bank-bank besar yang ia miliki sahamnya (seperti Bank of America) mulai mengeksplorasi layanan crypto.
Beberapa perusahaan fintech yang berada dalam ekosistem Buffett juga sedang mengembangkan layanan Web3.
Artinya, meskipun ia menolak Bitcoin secara eksplisit, ia tetap meraup keuntungan dari ekosistem yang mulai terpapar oleh crypto. Ironis, bukan?
Generasi Baru: Haruskah Ikuti Buffett?
Pertanyaan besarnya adalah: haruskah kita meniru Buffett dan menghindari crypto?
Jawabannya: tidak selalu.
Warren Buffett adalah legenda, tapi ia berasal dari zaman dan pendekatan yang berbeda. Ia sukses besar dengan saham karena bermain di era pra-internet dan pra-crypto. Namun generasi muda saat ini hidup di era digital, dengan kebutuhan dan peluang yang berbeda pula.
Crypto adalah tools. Seperti internet, bisa digunakan untuk spekulasi, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk menciptakan solusi global: identitas digital, keuangan tanpa batas, sistem voting terdesentralisasi, hingga game dan hiburan interaktif.
Apakah Buffett Akan Berubah Pikiran?
Sulit. Buffett berusia lebih dari 90 tahun, dan sepanjang hidupnya ia memegang prinsip yang sangat kuat. Ia tidak berubah ketika internet muncul, bahkan menyesal tidak membeli saham Amazon dan Google di awal. Jadi kecil kemungkinan ia akan berubah sikap terhadap crypto.
Namun, dunia tidak menunggu.
Teknologi terus berkembang. Para pendiri startup, developer blockchain, dan komunitas crypto di seluruh dunia terus membangun dunia baru — dengan atau tanpa restu dari Warren Buffett.
Penutup: Antara Legenda dan Revolusi
Warren Buffett tetaplah legenda. Ia membuktikan bahwa kesabaran, logika, dan konsistensi bisa menciptakan kekayaan luar biasa. Namun dunia saat ini bergerak cepat, dan crypto menjadi bagian dari revolusi digital yang tak terbendung.
Tidak ada salahnya belajar dari Buffett — tapi bukan berarti menolak semua hal baru. Mungkin kunci sukses hari ini adalah memahami prinsip-prinsip Buffett, tapi juga berani bereksperimen seperti Satoshi Nakamoto.
Siapa tahu, kombinasi keduanya bisa membawa kita ke level berikutnya dalam dunia investasi.
Mengapa Warren Buffett Menolak Bitcoin?
Bagi Warren Buffett, Bitcoin adalah aset yang tidak memiliki nilai intrinsik. Artinya, tidak ada arus kas, tidak ada bisnis nyata di baliknya, dan tidak ada produk atau layanan yang ditawarkan. Sebagai seorang value investor, Buffett hanya tertarik pada aset yang bisa dianalisis secara fundamental dan menghasilkan keuntungan nyata — seperti saham perusahaan yang membayar dividen atau properti yang menghasilkan sewa. Dalam pandangannya, Bitcoin hanya bergantung pada harapan bahwa orang lain akan membelinya dengan harga lebih tinggi, tanpa dasar nilai ekonomi yang jelas.
“Racun Tikus Kuadrat” dan Kritikan Keras Buffett
Dalam sebuah wawancara ikonik pada tahun 2018, Buffett menyebut Bitcoin sebagai "rat poison squared" atau racun tikus kuadrat — sebuah istilah yang kemudian viral di dunia crypto. Bersama Charlie Munger, partner lamanya di Berkshire Hathaway, ia juga menyebut bahwa crypto lebih mirip dengan perjudian daripada investasi. Mereka percaya bahwa hype seputar Bitcoin hanya menguntungkan spekulan jangka pendek dan membuka ruang bagi banyak penipuan serta manipulasi pasar yang merugikan masyarakat luas.
Namun Dunia Berubah: Crypto Kian Diterima Arus Utama
Meskipun Buffett tetap konsisten dengan penolakannya, dunia keuangan global justru mulai mengadopsi teknologi blockchain dan aset digital. Negara-negara mulai menyusun regulasi crypto, institusi besar seperti BlackRock dan Fidelity telah meluncurkan produk ETF Bitcoin, dan generasi muda semakin aktif berinvestasi di aset digital. Bahkan perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Buffett — seperti Apple dan beberapa bank besar — mulai mengeksplorasi layanan crypto dan teknologi Web3. Inilah bukti bahwa dunia sudah berubah, dan crypto bukan sekadar tren sesaat.
Sumber Referensi
- CNBC: Buffett sebut Bitcoin "racun tikus kuadrat"
- Forbes: Mengapa Buffett membenci crypto?
- Business Insider: Penolakan Buffett & Munger terhadap Bitcoin
- The Guardian: Buffett tak mau Bitcoin meski gratis
- Yahoo Finance: Buffett sebut crypto sarang penipu
Artikel Terkait
-
Trump dan Crypto: Antara Dukungan dan Kepentingan Politik
Membahas sikap Donald Trump terhadap crypto, dari penolakan hingga potensi dukungan politik. -
Toncoin: Proyek Crypto Besutan Telegram yang Bangkit Kembali
Kupas tuntas kebangkitan Toncoin dan peran Telegram dalam ekosistem blockchain-nya. -
Bitcoin dan Satoshi Nakamoto: Misteri Pencipta Crypto Terbesar Dunia
Mengungkap siapa sebenarnya Satoshi Nakamoto dan warisan Bitcoin hingga saat ini.
Tentang Kami
NK CHAIN adalah media independen yang fokus membahas cryptocurrency, blockchain, airdrop, staking, dan teknologi Web3 dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Kami hadir sebagai jembatan edukasi untuk pemula hingga pengguna berpengalaman yang ingin mengikuti perkembangan dunia kripto dengan cepat, terpercaya, dan relevan.
Media Kami
- Website Resmi: nkchain.xyz
- YouTube: @nkchain
- Instagram: @nkchain_ceo
- Telegram Admin: @nkgrupfinance
- WhatsApp Channel
- Facebook Page
Kontak Kami
Untuk kerja sama, iklan, atau pertanyaan lainnya, silakan hubungi kami melalui:
- Email utama: nkgrupf@gmail.com
- Email alternatif: narakspsehati220601@gmail.com
- WhatsApp: +62 856-0949-2314
Warren Buffett Tidak Percaya Bitcoin — Tapi Dunia Sudah Berpindah ke Crypto

Tidak ada komentar:
Silakan tinggalkan komentar yang sopan dan sesuai topik. Komentar yang bersifat spam, provokatif, atau menyerang akan dihapus.